Fashion Skena: Gaya, Identitas, dan Perlawanan di Tengah Arus Mainstream

Fenomena fashion skena telah menjadi bagian penting dalam dinamika budaya anak muda di berbagai kota besar maupun kecil. Istilah “skena” merujuk pada komunitas atau ekosistem tertentu yang biasanya tumbuh di sekitar musik indie, art space, skate culture, atau kolektif kreatif. Gaya berpakaian dalam skena bukan hanya soal estetika, tetapi juga menjadi simbol identitas, kebersamaan, dan bentuk perlawanan terhadap arus budaya mainstream.

Dalam skena, fashion berfungsi sebagai bentuk ekspresi diri, pernyataan politik kultural, serta sebagai kode sosial yang menghubungkan antarindividu dalam komunitas. Ketika tren mode global didominasi oleh industri besar dan citra “rapi-komersial,” fashion skena hadir sebagai bentuk narasi alternatif yang otentik dan personal.

Fashion Skena dan Identitas Anak Muda

Bagi sebagian besar pelaku skena, gaya berpakaian tidak lepas dari identitas kolektif. Misalnya, mengenakan hoodie oversized, celana cargo, tote bag penuh pin band lokal, sepatu skate lusuh, atau kaos dengan ilustrasi aneh—semua bukan sekadar “fashion,” tapi simbol keanggotaan, afiliasi, dan preferensi budaya.

Fashion skena menunjukkan:

  • Ketertarikan pada musik atau genre tertentu (punk, indie, shoegaze, hip-hop underground),

  • Solidaritas terhadap isu-isu sosial,

  • Pilihan gaya hidup DIY (do it yourself),

  • Penolakan terhadap citra fashion korporat atau fast fashion.

2. Estetika Anti-Mainstream

Fashion skena sering mengambil bentuk yang tidak konvensional: mix and match barang thrifting, kaos oblong bekas, jaket militer tua, atau aksesoris handmade. Hal ini mencerminkan:

  • Resistensi terhadap konsumsi massal,

  • Kritik terhadap budaya visual yang homogen,

  • Upaya menghidupkan kembali keunikan gaya individu dan komunitas.

Skena sebagai Ruang Perlawanan Kultural

1. Perlawanan terhadap Kapitalisme Fashion

Fashion skena secara tidak langsung menjadi kritik terhadap industri fashion mainstream yang menekankan citra ideal, branding, dan eksklusivitas. Komunitas skena memilih pendekatan sebaliknya:

  • Menggunakan barang bekas (thrift) sebagai bentuk keberlanjutan,

  • Membuat sendiri pakaian atau merchandise secara kolektif,

  • Menghindari logo atau tren populer demi orisinalitas.

2. Ruang Aman untuk Ekspresi Diri

Dalam skena, tidak ada aturan formal soal penampilan. Setiap individu bebas membentuk gayanya sendiri tanpa takut dinilai. Ini memberikan ruang aman bagi:

  • Anak muda yang mencari jati diri,

  • Orang-orang dengan ekspresi gender non-konvensional,

  • Komunitas marginal yang sering terpinggirkan di ruang arus utama.


Fashion Skena dalam Konteks Urban dan Digital

1. Evolusi Gaya Skena di Era Media Sosial

Di era Instagram, TikTok, dan Pinterest, fashion skena mengalami ambiguitas. Di satu sisi, ia mendapatkan panggung lebih luas dan menjadi inspirasi. Namun di sisi lain, estetika skena sering kali dikomodifikasi menjadi tren baru oleh industri fashion. Ini memunculkan debat internal di kalangan komunitas: antara mempertahankan keaslian atau membuka diri terhadap pengaruh luar.

2. Lokalitas dan Kreativitas Kolektif

Di kota-kota seperti Bandung, Yogyakarta, Malang, atau Jakarta, fashion skena tumbuh beriringan dengan:

  • Kolektif musik dan art space,

  • Festival indie dan gigs komunitas,

  • Brand lokal yang mengusung nilai-nilai etika produksi dan kesadaran sosial.

Fashion skena di kota-kota ini bukan hanya tentang pakaian, tetapi juga tentang membangun ekosistem budaya alternatif yang hidup dan saling mendukung.

Fashion skena bukan sekadar gaya berpakaian, melainkan ekspresi kompleks dari identitas, resistensi, dan solidaritas anak muda dalam menghadapi budaya dominan. Di tengah gempuran arus fashion industri yang serba seragam dan konsumtif, skena menghadirkan ruang alternatif yang menghargai keunikan, kebebasan, dan kreativitas akar rumput.

Sebagai bentuk perlawanan kultural, fashion skena mengajarkan bahwa berpakaian bisa menjadi tindakan politik: menolak dikotomi citra ideal, melawan arus konsumerisme, dan merayakan keberagaman makna.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *